Cerita Rakyat dari Jawa Barat
By Bukuonlinestore
Ketika masih kanak-kanak kita semua pasti pernah diceritakan oleh orang tua kita tentang cerita rakyat. Apa yang dimaksud dengan cerita rakyat?
Cerita rakyat adalah sastra lisan yang telah dikenal sejak lama dan sudah menjadi tradisi dalam masyarakat secara turun-menurun.
Disini aku akan berbagi cerita rakyat dari Jawa barat, tentunya didalam cerita ini mengandung nilai-nilai moral, budaya, dan agama.
"SI KABAYAN"
Di tanah Pasundan semua pasti mengenal dengan seorang lelaki yang bernama Si Kabayan. Lelaki yang pemalas namun banyak akalnya yang sering digunakan Untuk mendukung kemalasannya. Kabayan telah mempunyai istri yang bernama Nyi Iteung perempuan cantik dan polos.
Pada suatu hari mertua Si Kabayan menyuruhnya untuk mengambilkan siput-siput di sawah, namun Si Kabayan melakukan nya dengan malas-malasan.
Siput di sawah sangat banyak tetapi setiba di sawah Si Kabayan tidak segera mengambil nya, ia hanya duduk di pematang sawah.
Mertua Si Kabayan sudah lama menunggu, tetapi Si Kabayan tidak juga kembali, lalu mertuanya pun segera menyusul ke sawah. Setibanya di sawah mertua Si Kabayan terkejut melihat menantunya hanya duduk di pematang sawah.
" Kabayan! Apa yang dengan kau lakukan disana? Mengapa kau tidak segera turun ke sawah dan mengambilkan tutut-tutut (siput) itu?"
"Abah-abah, bukannya aku tidak mau mengambilkan siput-siput itu".
"Aku takut Abah sawah ini sangat dalam aku tidak berani untuk turun, lihatlah bah begitu dalamannya sawah ini hingga langit pun terlihat di dalamnya". Jawab Si Kabayan.
Mertua Si Kabayan menjadi geram, tubuh Si Kabayan didorongnya hingga jatuh ke sawah. Si Kabayan merasa tidak bersalah, ia hanya tersenyum-senyum sendiri.
" Bah, ternyata sawah ini dangkal ya?" Katanya dengan senyum menyebalkan.
Siput-siput itu pun di ambilnya dan ia mendapatkan banyak di sawah.
Keesokan harinya, mertua Si Kabayan menyuruhnya untuk memetik buah nangka yang sudah matang.
Pohon nangka itu tumbuh di pinggir sungai dengan batangnya yang menjorok ke atas sungai.
Si Kabayan malas untuk melakukannya, melihat mertuanya marah ia akhirnya menuruti.
Di panjatkan batang pohon nangka itu, lalu dipetiknya satu buah nangka yang sudah matang.
Malangnya buah nangka itu terjatuh ke sungai, Si Kabayan tidak buru-buru turun ke sungai mengambilkan buah nangka itu namun ia membiarkan buah nangka itu hanyut.
Mertuanya pun heran melihat Si Kabayan pulang tanpa membawa buah nangka.
" Kabayan apa yang terjadi?" tanya mertuanya dengan raut wajah kesal.
" Mana buah nangka yang kuperintahkan untuk kau petik?"
Wajah Si Kabayan yang polos seolah tidak bersalah, si Kabayan menjawab
"Lho? bukankah buah nangka itu tadi sudah ku minta untuk berjalan duluan?"
"Apakah buah nangka itu belum juga tiba Abah?"
Abah berkata "Apa maksudmu Kabayan?
"Begini Abah, waktu kupetik buah nangka itu jatuh ke sungai".
"Rupanya buah nangka itu ingin berjalan sendirian maka kubiarkan lah, sudah ku sebutkan agar lekas pulang ke rumah, dan ku ingatkan pula agar segera membelok ke rumah ini".
" Dasar nangka tidak tahu diri, perintah ku tidak di turutinya pula!"
"Ah, itu hanya kau yang mengada-ada saja Kabayan!" mertua Si Kabayan menggerutu.
" Kau ini memang pemalas Kabayan, membawa buah nangka itu ke rumah saja kau tidak mau!"
Si Kabayan pun tertawa-tawa meskipun dimarahi mertuanya.
Pada waktu lainnya, mertua Si Kabayan mengajak menantunya yang pemalas lagi bodoh itu untuk memetik kacang koro di kebun, mereka membawa karung untuk tempat kacang koro yang telah dipetik nanti.
Si Kabayan Baru saja memetik beberapa kacang koro ia sudah bermalasan untuk melanjutkannya. Rasa mengantuk pun datang, ia lantas tidur di dalam karung.
Azan Zuhur pun terdengar, mertuanya telah menyelesaikan pekerjaannya. Mertua Si Kabayan heran ketika tahu Si Kabayan yang tidak ada bersamanya.
"Dasar pemalas!" gerutunya. "Si Kabayan pasti sudah pulang duluan karena ia malas membawa karung yang berisi kacang koro yang berat ini!"
Mertuanya terpaksa menggotong karung yang berisikan Si Kabayan di dalamnya kembali ke rumah. Betapa terkejutnya mertua Si Kabayan setelah mengetahui isi karung yang di panggulnya bukalah kacang koro melainkan menantunya.
"Kabayan, karung ini untuk kacang koro bukan untuk manusia!"
Marahlah mertuanya setelah mengetahui Si Kabayan lah yang di panggulnya hingga ke rumah.
Hari telah berganti, mertua Si Kabayan kembali mengajak menantunya itu ke kebun untuk memetik kacang koro. Mertua Si Kabayan masih kesal dengan kejadian kemarin dan ingin membalas dendam pada Si Kabayan.
Ketika Si Kabayan sedang memetik kacang koro, mertuanya diam-diam masuk ke dalam karung untuk tidur. Mertuanya ingin Si Kabayan memanggulnya pulang seperti yang diperbuat nya kemarin.
Suara azan Zuhur terdengar dari surau di kejauhan Si Kabayan menghentikan pekerjaannya ia melihat mertuanya tidak ada bersamanya, ketika melihat ke dalam karung, mertuanya ada didalamnya tengah tertidur.
Tanpa banyak bicara Si Kabayan lantas mengikat karung itu lalu menyeretnya.
Terkejut lah mertuanya mendapati dirinya di seret Si Kabayan. Mertuanya pun berteriak-teriak dari dalam karung.
"Kabayan, Kabayan, ini Abah! jangan kau seret Abah seperti ini!"
Namun Si Kabayan tidak menghiraukan suara mertuanya, ia tetap menyeret karung itu hingga ke rumah.
Ia berkata "karung ini untuk tempat kacang koro bukan untuk manusia".
Setelah kejadian itu mertua Si Kabayan sangat marah padanya, mertuanya mendiamkan dan tidak mau mengajaknya berbicara.
Mertuanya terlihat sangat membenci menantunya itu yang malas dan juga banyak alasannya.
Si Kabayan menyadari kebencian mertuanya itu padanya ia merasa tidak enak diperlakukan seperti itu, ia lantas mencari cara agar mertuanya tidak lagi membencinya.
Si Kabayan pun menemukan cara itu, ia bertanya pada istrinya mengenai nama asli mertuanya.
"Kang, mengetahui nama asli mertua itu pantangan! kata Nyi Iteung memperingati nya.
"Bukankah Akang sudah tahu masalah ini?"
Si Kabayan berusaha membujuk, ia berkata hendak mendoakan mertuanya agar panjang umur, sehat selalu, murah rezeki dan jauh dari mars bahaya.
" Jika aku tidak mengetahui nama Abah, bagaimana nanti doaku akan tertuju pada Abah melainkan tertuju pada orang lain?"
Nyi Iteung akhirnya bersedia memberitahu jika suaminya berjanji tidak menyebarkan rahasia itu. Katanya,
"Nama Abah yang asli Ki Nolednad. Ingat jangan kau sebutkan nama Abah pada siapapun!"
Setelah mengetahui nama asli mertuanya, lalu Si Kabayan mencari air enau yang masih mengental. Diambilnya juga kapuk dalam jumlah banyak, kemudian Si Kabayan menuju lubuk tempat mertuanya biasa mandi. Ia membasahi seluruh tubuhnya dengan air enau yang kental dan menempelkan kapuk ke sekujur tubuhnya.
Si Kabayan lalu memanjat pohon dan duduk di dahannya seraya menunggu kedatangan mertuanya yang akan mandi. Ketika mertuanya sedang asyik mandi, si Kabayan lantas berseru dengan suara berat "Nolednad! Nolednad!"
Mertua Si Kabayan sangat terkejut mendengar namanya di panggil, lalu Abah menatap ke arah sumber suara. Matanya terkejut kembali setelah melihat ada makhluk putih yang sangat menyeramkan.
"Si, siapa kau itu?" Kata Abah
"Nolednad, aku ini Kakek penunggu lubuk"
kata Si Kabayan.
"Aku peringatkan padamu Nolednad, sayangilah Si Kabayan karena ia cucu kesayanganku, jangan beraninya kau sia-siakan urus dengan baik sandang dan papannya.
Jika kau tidak melakukan pesanku ini, percayalah kau tidak akan selamat".
Mertua Si Kabayan sangat takut setelah mendengar ucapan kakek penunggu lubuk, Abah berjanji akan melaksanakan pesan Kakek itu.
Sejak saat itu mertua Si Kabayan tidak lagi membenci menantunya. Disayangi, dicukupi sandang dan papannya, bahkan dibuatkannya rumah meski kecil untuk menantunya tinggal.
Setelah mendapatkan perlakukan yang sangat baik dari mertuanya, Si Kabayan pun sadar akan sikap buruknya selama ini. Ia pun merubah sikap dan perilakunya tidak lagi malas-malasan dalam bekerja, kini ia bekerja sebagai buruh.
Kehidupan bersama istrinya pun membaik, membuat istrinya bertambah sayang padanya, dan sebaliknya Si Kabayan pun bertambah sayang pada istrinya seperti sayangnya pada mertuanya yang perlakuannya tetap baik padanya.
Mertuanya tetap menyangka Si Kabayan itu cucu dari kakek penunggu lubuk. Ki Nolednad sangat takut untuk membenci ataupun menyia-nyiakan Si Kabayan, Karena takut tidak akan selamat dalam hidupnya seperti yang diucapkan Kakek itu.
Pesan moral dari cerita Si Kabayan yaitu kemalasan hanya akan merugikan diri sendiri.
Komentar
Posting Komentar